🌂 Inovasi Apoteker Di Puskesmas

Pemberian informasi obat termasuk ke dalam bentuk edukasi obat yang dapat dilakukan oleh apoteker Puskesmas. Pada saat pandemi Covid-19 seperti saat ini, kegiatan edukasi obat oleh apoteker Puskesmas tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, apoteker Puskesmas perlu melakukan inovasi agar kegiatan edukasi tetap bisa terlaksana. farmasetika.com - Di tengah era disruptif pelayanan kesehatan Indonesia, dibutuhkan inovasi farmasi klinik untuk meningkatkan kualitas terapi obat dalam pelayanan kesehatan. Selain penerapan teknologi, dibutuhkan eksistensi sumber daya manusia profesi apoteker mengingat profesi ini merupakan garda terdepan dalam mengawal terapi obat yang Keberadaan Apoteker di Puskesmas Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien dan Turunkan Biaya Berobat 8 November 2020. Dr. Shah memberikan perspektif unik tentang inovasi dalam perawatan kesehatan hari ini. Apoteker seharusnya bisa lebih berperan di era revolusi industri 4.0 dan ikut bersama tim kesehatan lainnya dalam satu aplikasi digital. Kegiatan pengelolaan obat yang komprehensif sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas sudah diterapkan di 96,7% puskesmas yang memiliki apoteker. menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, yang merupakan tolak ukur dn pedoman penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas oleh tenaga kefarmasian (Kemenkes RI, 2016). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja apoteker di Puskesmas Kota Banjarmasin dalam melakukan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan Optimalisasi Peran Apoteker sebagai Agent of Change GeMa CerMat ini diselenggarakan selama 3 hari secara intensif pada tanggal 7-9 Oktober 2019, dihadiri oleh 124 peserta, yang terdiri atas 100 orang Apoteker Agent of Change GeMa CerMat, perwakilan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia DI Yogyakarta dan peserta pusat. Program Prioritas Tahun 2021 disusun dengan fokus untuk meningkatkan akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Pada aspek akses, akar masalah yang perlu mendapat intervensi adalah optimalisasi pengelolaan siklus manajemen logistik/rantai suplai obat dan vaksin; Pada aspek kemandirian, optimalisasi produksi dalam negeri untuk alat kesehatan dan bahan baku farmasi Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kesesuaian antara ketersediaan dan kebutuhan obat pada Puskesmas dengan pengelolaan yang dilakukan oleh apoteker lebih baik dari pada yang dikelola oleh selain apoteker, yaitu mencapai 90% untuk ketersediaan obat yang dikelola oleh apoteker dan 70% untuk yang dikelola oleh selain apoteker. Puskesmas Polongbangkeng Utara sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat, seharusnya berorientasi promotif dan prefentif. Namun pada kenyataannya pelayanan kuratif untuk orang sakit lebih mendominasi. Pada 2017 jumlah kunjungan pasien di Puskesmas Polongbangkeng Utara mencapai 25.390 orang dan tahun 2018 naik menjadi 32.266 orang. VGclI.

inovasi apoteker di puskesmas